Tamkîn Hanya Datang Setelah Ujian

~
Oleh: Syaikh Abû Mus‘ab Al-Zarqawi

Wahai para mujahidin…

Memang, pertolongan kadang tertunda, tak jarang kekalahan dan luka-luka terjadi pada barisan kalian, dan ini bukanlah hal yang aneh. Sebab itu adalah sunnatulloh pada orang-orang terdahulu. Dan tidak ada perubahan pada sunnatulloh.

Heraklius berkata kepada Abu Sufyan: “Aku tadi bertanya kepadamu tentang bagaimana kalian memerangi orang itu –yang ia maksud adalah Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam— lantas engkau katakan bahwa peperangan itu silih berganti (kadang menang kadang kalah); memang seperti itulah keadaan para rosul; mereka diuji kemudian kemenangan akhir ada di tangan mereka.”

Sungguh, ujian terberat bagi kalian ketika memerangi musuh adalah bersabar dan yakin. Yakin bahwa Alloh akan menepati janji-Nya, menolong tentara dan pasukan-Nya, walaupun setelah lewat masa yang panjang. Dan sabar ketika mengalami kegoncangan-kegonca-ngan, dan yakin bahwa jalan keluar ada bersama kesulitan, dalam kesuli-tan ada kemudahan.

Ada seseorang bertanya kepada Imam Syafi‘i, “Wahai Abu Abdillah, mana yang lebih baik bagi seseorang; diberi kekuasaan ataukah diuji?” Maka Imam Syafi‘i menjawab, “Ia tidak akan diberi kekuasaan sebelum diuji.”
Sesungguhnya Alloh telah menguji Nabi Nuh, Ibrohim, Musa, Isa, dan Muhammad semoga sholawat dan salam tercurah selalu kepada mereka, tatkala mereka bersabar, Alloh pun memantabkan kedudukan mereka di muka bumi. Maka jangan ada seorangpun menyangka bisa terlepas dari kepedihan!
Kelirulah orang yang berburuk sangka kepada Alloh, di mana ia hanya melihat kepada jumlah dan peralatan yang dimiliki musuh dengan melupakan janji Alloh;

“…Alloh telah tetapkan: Aku pasti memenangkan diri-Ku dan rosul-rosul-Ku,”(QS. Al-Mujadilah: 21)

“…Barang siapa berwali kepada Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang beriman, maka sesungguhnya pasukan Alloh lah orang-orang yang menang.” (QS. Al-Maidah: 56)

“Adalah kewajiban Kami menolong orang-orang beriman,” (QS. Ar-Rum: 47)

“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa…” (QS. An-Nur: 55)

Di sini ada syarat sebelum mendapatkan janji, yaitu iman, ikhlas (tidak menyekutukan Alloh), dan beramal sholeh, barulah datang kemenangan, kekuasaan, dan ke-khilafahan di muka bumi,

“Itulah janji Alloh, Alloh tidak menyelisihi janji-Nya.” (QS. Az-Zumar: 20)

Sungguh indah apa yang dikatakan Sayyid Quthb Rahimahulloh ketika mengomentari firman Alloh:

“Betapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Alloh…” (QS. Al-Baqoroh: 249)

Beliau berkata, “Ayat ini adalah kaidah dalam perasaan orang-orang yang yakin bahwa mereka pasti akan berjumpa dengan Alloh, kaidah ini menyatakan bahwa kelompok orang-orang beriman itu sedikit, sebab kelompok inilah yang bisa menapaki tangga ujian yang berat hingga puncaknya, sehingga mereka mencapai predikat sebagai pasukan pilihan. Meski sedikit, tapi merekalah yang menang, sebab mereka memiliki kontak dengan sumber segala kekuatan, dan mewakili kekuatan yang pasti menang; yaitu kekuatan Alloh yang pasti memenangkan urusan-Nya, Dzat Yang Mahapemaksa di atas hamba-hamba-Nya, yang menghancurkan orang-orang bengsis, menghinakan orang-orang dzolim, dan menundukkan orang-orang sombong.”

Sumber: Washôya li `l-Mujâhidîn
Edisi Indonesia: Kumpulan Nasehat Para Ulama Untuk Mujahidin
Penerjemah: Ahmad Ilham Al-Kandari
Publikasi: AL-QAEDOON GROUP Kelompok Simpatisan dan Pendukung Mujahidin