Tauhid, Inti Da`wah Para Rosul

~

Alloh Subhanahu wa Ta'ala tidaklah menciptakan manusia, lantas ditelantarkan, dibiarkan begitu saja hidup tanpa tujuan.

“Apakah manusia mengira bahwa mereka ditelantarkan dan didiamkan saja?.” (QS. al-Qiyamah: 36).

Imam Syafi'i saat menafsirkan ayat ini mengatakan, “Tidak diperintah dan tidak dilarang?” (Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid).

Akan tetapi Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

Ibadah harus didasarkan pada tauhid. Ibadah tanpa tauhid, tidak bernilai sama sekali, dianggap batil. Siapa yang tidak mengakui tauhid, dianggap tidak beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Dari sini jelas sudah, apa tujuan da’wah para rosul bagi setiap umatnya, karena yang menjadi tujuan Alloh Subhanahu wa Ta'ala pastilah juga menjadi tujuan para utusan-Nya.

Semua Nabi dan Rosul, inti seruan da’wahnya sama. Tidak ada yang beda. Dari zaman Nabi Adam Alaihi Sallam hingga Nabi dan Rosul terakhir, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Semuanya menda’wahkan tauhid dan melarang ibadah kepada selain Alloh Subhanahu wa Ta'ala.

“Dan tidaklah Kami utus seorang rosul sebelum kamu (Muhammad), kecuali telah Kami wahyukan kepadanya bahwa sesungguhnya tiada Ilah (sesembahan yang benar) kecuali Aku, maka sembahlah Aku.”(QS. al-Anbiya [21]: 25).

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga Islam dikenal sebagai agama tauhid. Da’wah Tauhid bukan hanya da’wah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, tetapi merupakan da’wah setiap nabi dan rosul yang diutus Alloh Subhanahu wa Ta'ala (QS. al-Anbiya': 25)
Nabi Nuh menda’wahkan tauhid (QS. al-A'raf [7]: 59). Nabi Hud menda’wahkan tauhid (QS. Hud [11]: 50). Nabi Sholih menda’wahkan tauhid (QS. Hud [11]: 61). Nabi Syu'aib menda’wahkan tauhid (QS. Hud [11]: 84). Nabi Musa menda’wahkan tauhid (QS. Thoha [20]: 13-14). Nabi Ibrahim, Ishaq dan Ismail juga menda’wahkan tauhid (QS. al-Baqoroh [2]: 133). Juga Nabi Isa da’wahnya adalah tauhid (QS. al-Maidah [5]: 72).

Semua Nabi membawa risalah Islam dan menyerukan Islam yang murni. Menyerukan peradaban robbani. Menyeru hidup di bawah aturan-aturan wahyu nan suci. Mempersembahkan kehidupan secara keseluruhan untuk Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Sampai-sampai, perang pun dikumandangkan demi tegaknya tauhid.
Walaupun terkadang di masa dan kaum tertentu ada masalah khusus yang akut, tetap, da’wah para nabi tak pernah bergeming, terus menda’wahkan tauhid. Tauhid adalah sumber kebahagiaan, keamanan, keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan sejati. Apabila nilai-nilai tauhid dilanggar, segala masalah sudah pasti cepat sekali menyebar tanpa terkendali.

Terhadap penyembahan berhala, homoseksual, tirani durjana, kecurangan dalam timbangan, keglamoran kehidupan dunia yang membuat lena, para nabi memulai, mengiringi, bahkan ujung seruannya adalah da’wah tauhid. Artinya, apapun masalah yang menimpa umat, semua harus dihadapi dengan da’wah tauhid.

Gambaran da’wah tauhid merupakan pemandangan yang sangat luar biasa mengagumkan. Pemandangan pertarungan yang mendalam, di tengah-tengah kancah kehidupan, sepanjang sejarah manusia. Bertempur dengan iblis dan bala tentaranya. Berinteraksi dengan alam semesta. Berinteraksi dengan makhluk hidup. Berinteraksi dengan al-Mala’ al-A’la (alam tinggi) dan malaikat-malaikat-Nya. Sebab pejuang tauhid didukung oleh segenap penghuni langit dan bumi. Sorak-sorainya terdengar jelas membahana oleh telinga iman, lantunan doa dukungannya terlantunkan hingga ikan di lautan, semut di peraduan. Tak ada yang absen untuk memberi dukungan.

Sejarah telah mencatat bagaimana kelompok mulia ini, dengan arahan dan instruksi dari Alloh Subhanahu wa Ta'ala, berusaha menyelamatkan kafilah manusia dari jurang, karena setan telah menyeret ke dalamnya dengan dibantu oleh setan-setan manusia yang sombong dari menerima kebenaran di setiap zaman.
Musuh besar dari da’wah tauhid ini adalah thogut. Menjauhi, membenci, memusuhi para thogut dan para pengikutnya adalah separuh dari inti da’wah para nabi.

“Dan sesungguhnya telah Kami utus seorang rasul pada setiap ummat agar mereka menyeru, Beribadahlah kalian semua kepada Alloh dan jauhilah thaghut.”(QS. an-Nahl [16]: 36).

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh Rahimahulloh berkata, “Sesungguhnya Dia telah mengutus seorang rosul kepada setiap kelompok manusia dengan kalimat yang tinggi, “Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thaghut”, yang artinya adalah beribadahlah kalian hanya kepada Alloh semata dan tinggalkan peribadatan kepada selain-Nya.”

Thoghut, dijelaskan Ibnul Qayyim, segala sesuatu yang diperlakukan hamba hingga melebihi batas, seperti disembah, diikuti atau ditaaati (dalam hal yang melanggar syariat). “Thogut yang disembah seperti patung, berhala, keris, jimat, dan lainnya. Thogut yang diikuti seperti ulama-ulama sesat, rahib-rahib, tokoh-tokoh agama batil, dan sebagainya. Thogut yang diaati seperti Fir’aun dan penguasa-penguasa, emir, presiden yang tidak mengikuti Kitabulloh, dan seterusnya.

Di depan mata kita, berbagai thogut telah mereduksi Islam dari akar kehidupan rakyat dan umat. Di tengah-tengah kemelaratan rakyat yang massif, hiruk-pikuk maksiat, dahsyatnya persaingan duniawi, musuh-musuh da’wah saling merebut wilayah jajahan, menghegemoni dunia, memeras kekayaan alam, menjadikan umat sebagai sapi perahan.

Bukan hanya merampas kekayaan dan sumber daya alam semata, tetapi para penjajah itu merampas keyakinan umat Islam, dan digantikan dengan nilai-nilai thogut (sekuler, liberal, nasionalis). Umat Islam yang berusaha berjuang, berda’wah, menjaga kemurnian mereka dipandang secara rasis.

Para penjahat itu bukan hanya memiskinkan rakyat dari materi, tetapi yang lebih kejam lagi, mereka memiskinkan nilai-nilai yang sangat berharga bagi kehidupan umat, yang dapat memberikan ketenteraman, kebahagiaan, dan masa depan mereka, yaitu Islam. Inilah sebuah kejahatan yang tiada taranya.
Posisi da’wah kita sangat jelas, dan tak pernah berubah, apapun yang terjadi. Kita akan senantiasa terus meniti jalan da’wah yang telah digariskan dengan jelas oleh para nabi.

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah petunjuk mereka.” (QS. Al-An’am [6]: 90)

Bangkitlah saudaraku..!! Bergeraklah bersama dalam satu barisan yang teratur! Kokohkan harokah ini! Kelak kita akan menyaksikan tumbangnya para pendusta di setiap akhir perjalanan dan keselamatan orang-orang mukmin setelah diberi peringatan.

Sumber